Kalau Gini, Siapa yang Salah? Dilema Klasik Naik Transportasi Umum Ini Pasti Pernah Kamu Alami

Saat bepergian naik pesawat, kereta, bus, atau kendaraan populer lainnya, kita pasti seringkali mengalami dilema adapun satu ini. Persoalan memundurkan kursi atau jadi orang adapun ‘menerima’ unduran kursi penumpang di depannya. Idealnya sih jelas, jarak antar kursi diukur sedemikian rupa sesampai-sampai semua penumpang bisa lewat nyaman mengundurkan kursi tanpa mengganggu penumpang di belakangnya.
Namun kenyataannya, deras doang kendaraan umum yang kursinya terterus berdempetan sampai-sampai urusan mengubah posisi kursi menimbulkan rasa sungkan atau bahkan baku hantam. Seperti kasus viral kira-kira batas berjiwa terus yang terjadi dempet Amerika Serikat, seorang penumpang pesawat maskapai American Airlines bernama Wendi Williams mengaku sampai harus operasi leher karena bertengkar bersama penumpang lainnya gara-gara masalah memundurkan kursi. Penumpang itu memukul-mukul kursi Wendi karena tidak terima Wendi memundurkan kursinya ke belakang.
Yang lebih mengagetkan, ternyata unggahan Wendi ini justru menimbulkan pro-kontra nan semakin panjang. Mereka nan simpati dengan Wendi, setuju bahwa itu memang hak penumpang menjumpai memundurkan kursi supaya lebih nyaman. Namun luber juga nan justru menyalahkan Wendi lagi menyebutnya kurang toleran mengingat kincupnya tempat bersandar pesawat. Cek deh cerita selengkapnya…
Ungkapkan kekesalannya karena kursinya dipukul-pukul penumpang lain di pesawat, Wendi justru juga balik diserang oleh sejumlah orang yang menganggap tindakannya memundurkan kursi itu kurang toleran
I’m done being quiet! I’ve had extensive neck surgeries – my cervical spine is completely fused, except for C1. You can contact me. https://t.co/YqxjHP47wY pic.twitter.com/gE20zWq1o9
— wendi (@steelersfanOG) February 8, 2020
Dilansir dari CNN, seorang awewe bernama Wendi Williams mengunggah pengalamannya saat naik pesawat dengan awal Februari. Saat penerbangan dari New Orleans ke Charlotte, ada seorang lelaki nan meninju kursinya dari belakang. Akibatnya, tulang belakang leher Wendi bermasomplak membarengi dia layak menjalani operasi.
Namun lelaki itu melakukannya bukan tanpa dasar. Ternyata dia kesal lewat terganggu karena Wendi memundurkan kursinya ke belakang sehingga melaksanandaan area bersemayamnya menjadi maksimal lebih sempit. Lelaki itu senggang meminta Wendi memajukan kursinya saat hendak makan. Wendi pun menurut. Namun begitu sang lelaki selesai makan, Wendi kembali memundurkan kursinya. Lantas terjadilah keributan yang nggak terelakkan.
Wendi kemudian mengunggah kekesalannya secara online. Namun tidak disangka-sangka, ternyata justru banyak orang adapun balik menyalahkan Wendi adapun seenaknya memundurkan kursi dari pesawat adapun sempit. Tetapi banyak pun adapun simpati terhadap kejadian adapun menimpa Wendi dan berpendapat wajar-wajar saja kalau penumpang ingin menggunakan fungsi recliner di kursi.
Situasi bagai ini mungkin juga sudah kita alami sendiri. Supaya nggak ribut dengan penumpang lain, sejujurnya ingat orang dan saling toleransi
Saat naik transportasi global, tentunya kita atas berdampingan lewat orang-orang lain. Karena itulah kita perlu ingat diri demi keberpengaruhan bersama. Misalnya aja saat naik pesawat. Memang enak rasanya kalau kita memundurkan kursi ke belakang. Namun bagaimana lewat penumpang nan bersemayam tepat dempet belakang kita? Barangkali dia terganggu karena ruang geraknya jadi lebih sendat . Jadi sebaiknya mundurkan kursi saat era tidur aja.
Selain dekat pesawat, kita lagi perlu melakukan hal serupa saat naik transportasi mendunia lainnya. Contohnya saat naik bus atau kereta api. Pastikan kita tetapi menempati satu dunia bermukim aja supaya kursi dekat sebelah bisa dipakai orang lain. Barulah kalau suasana sepi, kita bisa menaruh barang bawaan dekat kursi dekap kita.
Pihak pembuat kendaraan agak perlu lebih memerhatikan kenyamananan penumpang. Dengan fasilitas nan lebih lega, tentu orang-orang lebih puas
Alangkah baiknya kalau jarak antara tempat bersandar dibuat cukup luas. Jadi penumpang bisa memundurkan kursi tanpa waswas mengganggu orang hadapan belakangnya. Tentu penumpang agak nyaman karena bisa menggerakkan kaki dengan lebih bebas. Namun tentunya, fasilitas semacam ini harus dipertimbangkan dengan matang. Sebab kalau jarak antara kursi diperlebar, berarti jumlah kursinya memerankan lebih secuil. Jadi jumlah penumpang bahwa bisa diangkut pun berkurang.
Solusi semacam itu bisa dilakukan kalau pihak transportasi mempunyai dana yang leluasa, atau pemerintah mau memberi bantuan finansial. Bisa doang dengan menaikkan harga tiket penumpang. Namun tentunya fasilitasnya doang perlu naik, supaya para penumpang doang puas~